“Kecerdasan Sosial” Konversi Gas "
Yang jelas tidak cerdas adalah : pemerintah , birokrat, dan pejabat pertamina !
“Kecerdasan Sosial” Konversi Gas
“Kecerdasan Sosial” Konversi Gas
Oleh: Hadi Suyono
Dari : Radar Jogja
14 Januari 2011
Realitas menunjukkan bahwa tak sedikit program pemerintah mendapat perlawanan masyarakat. Beda halnya dengan konversi dari minyak tanah ke gas elpiji relatif tidak memperoleh hambatan dari masyarakat. Membincangkan penerimaan masyarakat terhadap konversi gas elpiji tersebut menjadi sesuatu yang menarik. Hal ini mengingat peluncuran gerakan konversi dari minyak tanah ke gas elpiji berada pada kondisi paradoksal di tengah-tengah ketidakpercayaan masyarakat terhadap sejumlah kebijakan pemerintah.
Menganalisis dari sisi psikologis bahwa penerimaan terhadap konversi minyak tanah ke gas elpiji karena masyarakat memiliki sikap positif. Ahli psikologi sosial bernama Alice H. Eagly dan Shelly Chaiken dalam bukunya The Psychology of Attitudes menjelaskan ada tiga komponen sikap yang menentukan tumbuhnya sikap positif masyarakat terhadap konversi gas elpiji.
Komponen yang pertama adalah kognitif. Komponen kognitif dapat diartikan seluruh pemikiran yang dimiliki individu menangani objek sikap yang terdiri dari fakta, informasi, dan keyakinan tentang objek. Berbagai pemikiran berkaitan dengan isi kognisi ditentukan oleh obyek sikap yang memiliki makna kompleks.
Berpondasi dari konsep mengenai komponen kognitif maka penerimaan masyarakat terhadap konversi gas elpiji karena memandang positif terhadap kebijakan tersebut. Pandangan positif terjadi dilatarbelakangi fakta mengenai pemakaian gas elpiji menjanjikan keuntungan dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar sebelumnya.
Keuntungan yang diperoleh saat menggunakan gas elpiji lebih praktis. Keuntungan ini menjadikan struktur berpikir masyarakat menilai positif terhadap gas elpiji. Penilaian positif didasarkan pertimbangan karena cara pemakaiannya yang sederhana sehingga tidak membutuhkan waktu lama. Dalam kondisi masyarakat dituntut untuk bekerja ekstrakeras apabila kebutuhan hidupnya ingin terpenuhi, maka waktu menjadi sesuatu yang berharga. Atas dasar acuan ini masyarakat berkembang sikap positif terhadap konversi gas elpiji.
Komponen yang kedua adalah afeksi. Komponen afeksi mengandung pengertian perasaan atau emosi yang berhubungan dengan rasa suka terhadap objek sikap. Afeksi merupakan komponen utama dari sikap karena sangat berpengaruh kepada kognisi, menentukan dalam pemilihan informasi, mengevaluasi informasi, dan mendorong untuk melakukan suatu perilaku.
Komponen afeksi dapat menjadi dasar untuk menerangkan sikap positif masyarakat terhadap gas elpiji. Rasa suka ini tumbuh dalam hati masyarakat karena adanya pengalaman menggunakan gas elpiji dapat melatih kecerdasaan emosi untuk melakukan kontrol keuangan keluarga.
Bukti di lapangan menunjukkan harga-harga kebutuhan pokok mahal. Melihat kenyataan harga-harga kebutuhan pokok yang tinggi, maka keluarga harus memiliki keterampilan emosi mengontrol pengeluaran agar tidak terjerat hutang. Dalam kondisi ekonomi sulit, kalau tidak hati-hati keluarga akan terlilit utang karena pengeluaran keluarga yang besar. Selain untuk memenuhi kebutuhan pokok, keuangan keluarga juga digunakan untuk biaya pendidikan, biaya sosial, dan kebutunan rumah tangga yang lain. Maka agar tidak terjebak hutang, keluarga harus mempunyai kemampuan mengontrol keuangan keluarga. Bila keluarga tak mampu mengontrol keuangan keluarga sehingga terlilit hutang, biasanya sumber masalah antara suami dan istri berawal dari sini.
Kehadiran konversi gas elpiji mempunyai makna penting dalam membantu keluarga untuk melatih kecerdasan emosi keluarga terutama dalam efektifitas pemanfaatan keuangan. Logikanya adalah penggunaan gas untuk kebutuhan rumah tangga dapat diprediksikan. Misalnya tabung gas yang berisi 3 kilogram untuk konsumsi keluarga dihabiskan dalam jangka waktu tertentu. Kebiasaan menggunakan gas elpiji membuat keluarga bisa menentukan besaran biaya yang harus dikeluarkan. Pada situasi seperti ini kontrol keuangan bisa dilakukan karena keluarga sudah mengetahui uang yang harus dibayarkan untuk membeli gas. Agar keuangan keluarga hemat, maka keluarga harus efesien menggunakan gas elpiji.
Adapun komponen ketiga adalah konasi yang merupakan kesiapan untuk melakukan sesuatu terhadap objek sikap. Konasi ini ditentukan oleh sikap positif terhadap objek sikap. Apabila sikap positif kuat berada dalam diri individu, maka kecenderungan untuk melakukan sesuatu semakin kuat pula.
Dari komponen konasi itu bisa dipahami bila masyarakat menerima konversi gas elpiji. Dalam diri masyarakat tumbuh sikap positif yang kuat karena konversi gas elpiji memiliki berbagai keunggulan sebagai bahan bakar untuk kebutuhan keluarga. Sikap positif yang kuat ini memunculkan sesuatu perilaku masyarakat menggunakan gas elpiji.
Mempertahankan sikap positif
Sikap positif terhadap gas elpiji sempat menurun saat terjadi ledakan tabungan gas di berbagai tempat yang menelan korban jiwa. Sikap positif masyarakat memang sempat terusik karena tabungan gas meneror masyarakat dan tidak memberi rasa aman terhadap penggunannya.
Untuk mencegah agar sikap positif yang sudah terbina dengan baik ini tidak berbalik menjadi sikap negatif sehingga menyebabkan penolakan warga terhadap gas elpiji, pemerintah dan Pertamina yang mempunyai kewajiban untuk meregulasi kebijakan, memproduski gas, dan distributor telah bekerja secara profesional.
Pertamina terus mensosialisasikan cara aman menggunakan gas elpiji. Pertamina juga terus mengupayakan semua tabung elpiji dan aksesorisnya yang beredar di pasaran memenuhi kriteria SNI (Standar Nasional Indonesia).
Untuk menjaga sikap positif masyarakat ini tetap terjaga dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan terhadap penggunaan elpiji, orang-orang yang bekerja menyediakan gas elpiji telah bekerja dengan sungguh-sungguh menjamin keamananya. Sehingga masyarakat nyaman menggunakan gas elpiji.
Sikap positif penerimaan masyarakat dan kesadaran akan sisi positif kehadiran gas elpiji ini, seyogyanya terus diimbangi dengan jaminan pasokan atau ketersediaan gas elpiji untuk kebutuhan rumah tangga dengan harga tetap terjangkau. Pemerintah jangan memanfaatkan momentum karena masyarakat sudah membutuhkan gas elpiji lantas menaikkan dengan sekehendak hati.
Apabila pemerintah tak mampu mempertahankan harga gas elpiji bisa terjangkau daya beli masyarakat dengan mengeluarkan kebijakan menaikan harga, maka akan menimbulkan sikap negatif. Dan perlawanan masyarakat akan ditujukan terhadap konversi gas elpiji. Semoga ini tak terjadi!
*) Hadi Suyono, dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, kandidat doktor Psikologi UNAIR penulis buku “Social Intelligence.”
“Kecerdasan Sosial” Konversi Gas
“Kecerdasan Sosial” Konversi Gas
Oleh: Hadi Suyono
Dari : Radar Jogja
14 Januari 2011
Realitas menunjukkan bahwa tak sedikit program pemerintah mendapat perlawanan masyarakat. Beda halnya dengan konversi dari minyak tanah ke gas elpiji relatif tidak memperoleh hambatan dari masyarakat. Membincangkan penerimaan masyarakat terhadap konversi gas elpiji tersebut menjadi sesuatu yang menarik. Hal ini mengingat peluncuran gerakan konversi dari minyak tanah ke gas elpiji berada pada kondisi paradoksal di tengah-tengah ketidakpercayaan masyarakat terhadap sejumlah kebijakan pemerintah.
Menganalisis dari sisi psikologis bahwa penerimaan terhadap konversi minyak tanah ke gas elpiji karena masyarakat memiliki sikap positif. Ahli psikologi sosial bernama Alice H. Eagly dan Shelly Chaiken dalam bukunya The Psychology of Attitudes menjelaskan ada tiga komponen sikap yang menentukan tumbuhnya sikap positif masyarakat terhadap konversi gas elpiji.
Komponen yang pertama adalah kognitif. Komponen kognitif dapat diartikan seluruh pemikiran yang dimiliki individu menangani objek sikap yang terdiri dari fakta, informasi, dan keyakinan tentang objek. Berbagai pemikiran berkaitan dengan isi kognisi ditentukan oleh obyek sikap yang memiliki makna kompleks.
Berpondasi dari konsep mengenai komponen kognitif maka penerimaan masyarakat terhadap konversi gas elpiji karena memandang positif terhadap kebijakan tersebut. Pandangan positif terjadi dilatarbelakangi fakta mengenai pemakaian gas elpiji menjanjikan keuntungan dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar sebelumnya.
Keuntungan yang diperoleh saat menggunakan gas elpiji lebih praktis. Keuntungan ini menjadikan struktur berpikir masyarakat menilai positif terhadap gas elpiji. Penilaian positif didasarkan pertimbangan karena cara pemakaiannya yang sederhana sehingga tidak membutuhkan waktu lama. Dalam kondisi masyarakat dituntut untuk bekerja ekstrakeras apabila kebutuhan hidupnya ingin terpenuhi, maka waktu menjadi sesuatu yang berharga. Atas dasar acuan ini masyarakat berkembang sikap positif terhadap konversi gas elpiji.
Komponen yang kedua adalah afeksi. Komponen afeksi mengandung pengertian perasaan atau emosi yang berhubungan dengan rasa suka terhadap objek sikap. Afeksi merupakan komponen utama dari sikap karena sangat berpengaruh kepada kognisi, menentukan dalam pemilihan informasi, mengevaluasi informasi, dan mendorong untuk melakukan suatu perilaku.
Komponen afeksi dapat menjadi dasar untuk menerangkan sikap positif masyarakat terhadap gas elpiji. Rasa suka ini tumbuh dalam hati masyarakat karena adanya pengalaman menggunakan gas elpiji dapat melatih kecerdasaan emosi untuk melakukan kontrol keuangan keluarga.
Bukti di lapangan menunjukkan harga-harga kebutuhan pokok mahal. Melihat kenyataan harga-harga kebutuhan pokok yang tinggi, maka keluarga harus memiliki keterampilan emosi mengontrol pengeluaran agar tidak terjerat hutang. Dalam kondisi ekonomi sulit, kalau tidak hati-hati keluarga akan terlilit utang karena pengeluaran keluarga yang besar. Selain untuk memenuhi kebutuhan pokok, keuangan keluarga juga digunakan untuk biaya pendidikan, biaya sosial, dan kebutunan rumah tangga yang lain. Maka agar tidak terjebak hutang, keluarga harus mempunyai kemampuan mengontrol keuangan keluarga. Bila keluarga tak mampu mengontrol keuangan keluarga sehingga terlilit hutang, biasanya sumber masalah antara suami dan istri berawal dari sini.
Kehadiran konversi gas elpiji mempunyai makna penting dalam membantu keluarga untuk melatih kecerdasan emosi keluarga terutama dalam efektifitas pemanfaatan keuangan. Logikanya adalah penggunaan gas untuk kebutuhan rumah tangga dapat diprediksikan. Misalnya tabung gas yang berisi 3 kilogram untuk konsumsi keluarga dihabiskan dalam jangka waktu tertentu. Kebiasaan menggunakan gas elpiji membuat keluarga bisa menentukan besaran biaya yang harus dikeluarkan. Pada situasi seperti ini kontrol keuangan bisa dilakukan karena keluarga sudah mengetahui uang yang harus dibayarkan untuk membeli gas. Agar keuangan keluarga hemat, maka keluarga harus efesien menggunakan gas elpiji.
Adapun komponen ketiga adalah konasi yang merupakan kesiapan untuk melakukan sesuatu terhadap objek sikap. Konasi ini ditentukan oleh sikap positif terhadap objek sikap. Apabila sikap positif kuat berada dalam diri individu, maka kecenderungan untuk melakukan sesuatu semakin kuat pula.
Dari komponen konasi itu bisa dipahami bila masyarakat menerima konversi gas elpiji. Dalam diri masyarakat tumbuh sikap positif yang kuat karena konversi gas elpiji memiliki berbagai keunggulan sebagai bahan bakar untuk kebutuhan keluarga. Sikap positif yang kuat ini memunculkan sesuatu perilaku masyarakat menggunakan gas elpiji.
Mempertahankan sikap positif
Sikap positif terhadap gas elpiji sempat menurun saat terjadi ledakan tabungan gas di berbagai tempat yang menelan korban jiwa. Sikap positif masyarakat memang sempat terusik karena tabungan gas meneror masyarakat dan tidak memberi rasa aman terhadap penggunannya.
Untuk mencegah agar sikap positif yang sudah terbina dengan baik ini tidak berbalik menjadi sikap negatif sehingga menyebabkan penolakan warga terhadap gas elpiji, pemerintah dan Pertamina yang mempunyai kewajiban untuk meregulasi kebijakan, memproduski gas, dan distributor telah bekerja secara profesional.
Pertamina terus mensosialisasikan cara aman menggunakan gas elpiji. Pertamina juga terus mengupayakan semua tabung elpiji dan aksesorisnya yang beredar di pasaran memenuhi kriteria SNI (Standar Nasional Indonesia).
Untuk menjaga sikap positif masyarakat ini tetap terjaga dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan terhadap penggunaan elpiji, orang-orang yang bekerja menyediakan gas elpiji telah bekerja dengan sungguh-sungguh menjamin keamananya. Sehingga masyarakat nyaman menggunakan gas elpiji.
Sikap positif penerimaan masyarakat dan kesadaran akan sisi positif kehadiran gas elpiji ini, seyogyanya terus diimbangi dengan jaminan pasokan atau ketersediaan gas elpiji untuk kebutuhan rumah tangga dengan harga tetap terjangkau. Pemerintah jangan memanfaatkan momentum karena masyarakat sudah membutuhkan gas elpiji lantas menaikkan dengan sekehendak hati.
Apabila pemerintah tak mampu mempertahankan harga gas elpiji bisa terjangkau daya beli masyarakat dengan mengeluarkan kebijakan menaikan harga, maka akan menimbulkan sikap negatif. Dan perlawanan masyarakat akan ditujukan terhadap konversi gas elpiji. Semoga ini tak terjadi!
*) Hadi Suyono, dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, kandidat doktor Psikologi UNAIR penulis buku “Social Intelligence.”
Komentar
Posting Komentar