Perkembangan Logistik di Indonesia
Physical Distribution ke One-stop-shopping jasa logistik
Perkembangan logistik di Indonesia semula diawali munculnya perusahaan-perusahaan pengiriman ekspres. Perusahaan pengiriman ekspres menawarkan jasa pengiriman barang dari satu pihak ke pihak lain yang bisa diartikan pendistribusian barang dari produsen ke konsumen. Dalam supply chain management, aktivitas ini dikenal sebagai physical distribution outbond logistic. Hal ini dikarenakan pada masa itu masih berlaku sistem physical distribution. Perusahaan pada waktu itu masih belum memikirkan intuk menyatukan kegiatan inbound dan outbound. Kegiatan inbound maksudnya suatu kegiatan pengiriman atau pengangkutan atau pendistribusian bahan mentah (raw material) dari pemasok satu sumber bahan mentah (raw material source) yang kemudian dibawa ke pabrikuntuk diolah.
Bisnis logistic mulai berkembang ketika saat itu perusahaan lebih berkonsentrasi pada inti bisnisnya. Era one-stop-shopping jasa logistik mulai menggeser era jasa pengiriman ekspres dengan mulai banyaknya perusahaan (multinasional) sekarang tidak ingin lagi disibukkan oleh usaha bukan inti bisnisnya. Kesibukan itu dialihkan-out source, ke perusahaan lain seperti produsen telepon genggam Ericsson, inti bisnisnya adalah telekomunikasi. Mereka tidak ingin lagi disibukkan dengan pengiriman, penyimpanan barang, masalah impor-ekspor sampai ke pengiriman repeater ke lokasi terpencil. Kesibukan yang bukan core business Ericsson tersebut dialihkan, out source ke perusahaan jasa ini, yang kemudian menangani dan mengatur segala pengiriman dan penyimpanan barang dalam gudang seluas 8.000 meter persegi di kawasan Pulo Gadung. Dari gudang yang dikelolanya inilah telepon genggam tersebut kemudian disalurkan ke pasar.
Menyikapi perkembangan bisnis logistik saat ini di Indonesia dan belahan penjuru dunia, pada umumnya penyedia jasa layanan logistik (logistics provider) dalam melakukan aktivitas bisnisnya memberikan pelayana total logistik (one stop service) yaitu jasa yang diberikan mulai dari layanan warehoushing, transporting dan sekaligus juga layanan freight forwarding sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kenyataan tersebut tidak lepas dari kondisi, dimana customer (Big Customer) bisnis cenderung menginginkan / menuntut pelayanan melalui satu pintu “One stop shopping” yang dilakukan oleh satu perusahaan jasa logistik provider.
Penjelasan diatas memberikan pemahaman bahwa supply chain merupakan jaringan (network) fasilitas dan sistem informasi logistik yang menghubungkan hulu sampai dengan hilir (enterprise’s supplier’s suppliers to customer’s customer). Melalui konsep supply chain management ini akan tercipta kolabarasi antar perusahaan (dalam rantai supply) untuk meningkatkan posisi strategis dan efisiensi operasi. Konsep supply chain berusaha mengintegrasikan proses antar perusahaan dalam satu rantai supply sehingga meningkatkan nilai kepada end-user.
Potensi Pasar Logistik Sangat Besar
Industri logistik di Indonesia berkembang sangat pesat. Hal ini membuat potensi pasar logistik nasional sangat besar, mencapai Rp 268 triliun per tahun. Persaingan bisnis logistik pun sudah sangat ketat. Untuk menghadapi persaingan itu, dibutuhkan rantai pasokan yang efisien guna menyediakan pelayanan lebih cepat. Dalam Asosiasi Jasa Titipan, sebanyak 635 perusahaan bergabung, dan dalam Asosiasi Logistik Indonesia terdapat lebih dari 300 perusahaan. Itu hanya untuk wilayah Jakarta. Pendapatan PT Pos Indonesia dari bisnis logistik mencapai Rp 1,4 triliun-Rp 1,7 triliun per tahun.
Meski demikian,masih banyak masyarakat belum benar-benar memahami bisnis logistik. Logistik dianggap hanya menangani gudang. Padahal cakupannya lebih luas, seiring dengan perkembangan dunia usaha, yaitu meliputi pemindahan barang dengan aktivitas penanganan yang diperlukan. Misalnya, bahan mentah. Barang dipindahkan lalu disimpan. Kalau perlu, diproses lagi kemudian diantar ke tujuan.. Jawa Barat menjadi daerah dengan potensi pasar logistik yang sangat besar. Sebab, keberadaan beragam industri di Jabar, seperti otomotif, elektronik, dan perbankan, memacu aktivitas perdagangan.
Managing Director DHL Exel Supply Chain PT Exel Indonesia Abdul Rahim Tahir mengatakan, perkembangan bisnis logistik semakin baik. Ia mencontohkan, pertumbuhan bisnis DHL untuk transportasi dan pergudangan sekitar 15-20 persen per tahun.
Di Jabar, barang yang paling banyak diantar adalah telekomunikasi dan konsumer, seperti kerajinan dan barang kebutuhan sehari-hari. Terkait dengan pesatnya industri logistik, DHL memperhitungkan kemungkinan mengangkut barang-barang khusus, seperti bahan kimia atau minyak dan gas, di masa mendatang. Meski demikian, persaingan bisnis logistik semakin ketat. Oleh karena itu, faktor paling penting adalah meningkatkan pelayanan untuk konsumen.
Potensi jasa logisitk memang sangat besar, namun mind-set pengguna jasanya masih dalam tahap perkembangan (embrio). Sebagian besar dari mereka (perusahaan nasional) masih menganggap distribusi dari produknya dapat ditangani dalam satu atap. Jadi buat apa memberi rahasia penanganan distribusi kepada pihak luar.
Saat ini, mungkin ada 50 sampai 100 perusahaan yang mempertimbangkan outsourcing kepada perusahaan logistic provider. Belum begitu banyak memang, tapi jumlah ini sudah mampu menggelindingkan roda perputaran bisnis jasa logistik di Tanah Air. Contohnya walaupun masih relatif sedikit jumlahnya dan “muda”, raupan pendapatan jasa logistik TNT, tergolong cukup menggiurkan. Dua tahun lalu “hanya” 5 juta dollar AS, tahun lalu meningkat jadi 7 juta dollar AS dan tahun 2002 ini diproyeksikan pendapatan dari usaha ini akan mencapai 17 juta dollar AS.
Usaha transportasi trucking, warehousing dan yang terkait lainnya seperti sewa-menyewa pallet barang akan terstimulasi pula, ikut tumbuh subur dibuatnya. Di sisi lain, berapa besar sebenarnya pangsa pasar jasa logistik ini, diakui para pelaku sangat sulit diperoleh statistiknya.
Kendala Bisnis Logistik di Indonesia
Kendala besar pada saat sekarang bagi usaha jasa logistik adalah infrastruktur-jaringan jalan yang kurang aman. Sulitnya mendapat gudang sesuai dengan persyaratan pergudangan internasional. Termasuk kendala komunikasi mobile dan masalah inflasi dalam bentuk bahan bakar naik, tarif listrik dan telepon naik, tarif angkutan naik, serta di atas segala ini, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Khusus jaringan jalan raya, perjalanan truk kurang aman jika beroperasi di malam hari. Misalnya dari Jakarta ke Surabaya oleh berbagai gangguan seperti pungli, bahkan pembajakan dan perampokan. Sementara mengirim barang dari Jakarta ke Medan, jalan-jalan di daratan pulau Sumatera dalam keadaan memprihatinkan.
Hal ini berdampak pada harga sebuah barang. Misalnya harga mie instan di sebuah desa seringkali lebih mahal daripada di kota. Hal tersebut terjadi karena biaya transport ke desa lebih mahal, membutuhkan waktu yang lebih lama pula. Oleh sebab itu perlu dibuat suatu sistem logistik yang murah dan efisien sehingga harga mie instan di desa sama dengan di kota.
Cikal bakal RPX Group adalah PT Repex Perdana yang lahir pada 1985 sebagai mitra FedEx di Indonesia. Kini RPX Group memiliki 7 anak perusahaan yang bergerak dalam one stop logistics, domestic, freight, air lanes, warehouse, clearance dan international express. “Kami adalah satu-satunya perusahaan logistik lokal yang mencapai tahap supply chain management (SCM) dengan own facilities. Sebab, sistem teknologi informasi (TI) sudah terintegrasi, real time dan lengkap fasilitasnya,” ujar M. Kadrial, Direktur Pengelola RPX mengklaim
Karena perkembangan bisnis logistik berbanding lurus dengan industri perdagangan, bisa ditebak, jumlahnya terus membengkak. Kini diperkirakan ada ribuan pemain logistik. Inilah profil beberapa di antaranya.
Dalam sehari rata-rata muatan barang yang diangkut RPX mencapai 150 ton. Armada yang digunakan: motor, minibus, truk, trailer hingga pesawat terbang. Kini perusahaan yang dikomandani Harsha E. Joesoef itu memiliki tiga pesawat Boeing 737 serta 300 unit truk dan kendaraan kecil. Tahun ini RPX menargetkan memiliki 450 gerai di 80 kota di seluruh Indonesia.
Sitem TI menjadi perhatian utama RPX untuk meningkatkan layanan kepada pelanggan. Itulah sebabnya, hampir semua anak perusahaan punya sistem TI andalan. Di layanan FedEX, misalnya, diterapkan sistem Cosmos, yang bisa diakses pelanggan untuk men-tracking posisi kiriman international express. Di RPX Domestic dikenal sistem Delta (tracking kiriman domestik), Casy (Customer Automation System), dan GPS (tracking posisi kendaraan). Di RPX Warehouse ada WOWS (Wahana Online Warehouse System) dan Ivory. Kemudian di RPX Clearance ada X-Pose (Express Operational System of Sena Satwika), di RPX Freigh ada DIMS (Dimention Information Management System) dan di RPX Online ada sistem CARE (untuk booking kargo).
http://aristonyogapradhana.wordpress.com/2010/07/06/perkembangan-logistik-di-indonesia/
Perkembangan logistik di Indonesia semula diawali munculnya perusahaan-perusahaan pengiriman ekspres. Perusahaan pengiriman ekspres menawarkan jasa pengiriman barang dari satu pihak ke pihak lain yang bisa diartikan pendistribusian barang dari produsen ke konsumen. Dalam supply chain management, aktivitas ini dikenal sebagai physical distribution outbond logistic. Hal ini dikarenakan pada masa itu masih berlaku sistem physical distribution. Perusahaan pada waktu itu masih belum memikirkan intuk menyatukan kegiatan inbound dan outbound. Kegiatan inbound maksudnya suatu kegiatan pengiriman atau pengangkutan atau pendistribusian bahan mentah (raw material) dari pemasok satu sumber bahan mentah (raw material source) yang kemudian dibawa ke pabrikuntuk diolah.
Bisnis logistic mulai berkembang ketika saat itu perusahaan lebih berkonsentrasi pada inti bisnisnya. Era one-stop-shopping jasa logistik mulai menggeser era jasa pengiriman ekspres dengan mulai banyaknya perusahaan (multinasional) sekarang tidak ingin lagi disibukkan oleh usaha bukan inti bisnisnya. Kesibukan itu dialihkan-out source, ke perusahaan lain seperti produsen telepon genggam Ericsson, inti bisnisnya adalah telekomunikasi. Mereka tidak ingin lagi disibukkan dengan pengiriman, penyimpanan barang, masalah impor-ekspor sampai ke pengiriman repeater ke lokasi terpencil. Kesibukan yang bukan core business Ericsson tersebut dialihkan, out source ke perusahaan jasa ini, yang kemudian menangani dan mengatur segala pengiriman dan penyimpanan barang dalam gudang seluas 8.000 meter persegi di kawasan Pulo Gadung. Dari gudang yang dikelolanya inilah telepon genggam tersebut kemudian disalurkan ke pasar.
Menyikapi perkembangan bisnis logistik saat ini di Indonesia dan belahan penjuru dunia, pada umumnya penyedia jasa layanan logistik (logistics provider) dalam melakukan aktivitas bisnisnya memberikan pelayana total logistik (one stop service) yaitu jasa yang diberikan mulai dari layanan warehoushing, transporting dan sekaligus juga layanan freight forwarding sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kenyataan tersebut tidak lepas dari kondisi, dimana customer (Big Customer) bisnis cenderung menginginkan / menuntut pelayanan melalui satu pintu “One stop shopping” yang dilakukan oleh satu perusahaan jasa logistik provider.
Penjelasan diatas memberikan pemahaman bahwa supply chain merupakan jaringan (network) fasilitas dan sistem informasi logistik yang menghubungkan hulu sampai dengan hilir (enterprise’s supplier’s suppliers to customer’s customer). Melalui konsep supply chain management ini akan tercipta kolabarasi antar perusahaan (dalam rantai supply) untuk meningkatkan posisi strategis dan efisiensi operasi. Konsep supply chain berusaha mengintegrasikan proses antar perusahaan dalam satu rantai supply sehingga meningkatkan nilai kepada end-user.
Potensi Pasar Logistik Sangat Besar
Industri logistik di Indonesia berkembang sangat pesat. Hal ini membuat potensi pasar logistik nasional sangat besar, mencapai Rp 268 triliun per tahun. Persaingan bisnis logistik pun sudah sangat ketat. Untuk menghadapi persaingan itu, dibutuhkan rantai pasokan yang efisien guna menyediakan pelayanan lebih cepat. Dalam Asosiasi Jasa Titipan, sebanyak 635 perusahaan bergabung, dan dalam Asosiasi Logistik Indonesia terdapat lebih dari 300 perusahaan. Itu hanya untuk wilayah Jakarta. Pendapatan PT Pos Indonesia dari bisnis logistik mencapai Rp 1,4 triliun-Rp 1,7 triliun per tahun.
Meski demikian,masih banyak masyarakat belum benar-benar memahami bisnis logistik. Logistik dianggap hanya menangani gudang. Padahal cakupannya lebih luas, seiring dengan perkembangan dunia usaha, yaitu meliputi pemindahan barang dengan aktivitas penanganan yang diperlukan. Misalnya, bahan mentah. Barang dipindahkan lalu disimpan. Kalau perlu, diproses lagi kemudian diantar ke tujuan.. Jawa Barat menjadi daerah dengan potensi pasar logistik yang sangat besar. Sebab, keberadaan beragam industri di Jabar, seperti otomotif, elektronik, dan perbankan, memacu aktivitas perdagangan.
Managing Director DHL Exel Supply Chain PT Exel Indonesia Abdul Rahim Tahir mengatakan, perkembangan bisnis logistik semakin baik. Ia mencontohkan, pertumbuhan bisnis DHL untuk transportasi dan pergudangan sekitar 15-20 persen per tahun.
Di Jabar, barang yang paling banyak diantar adalah telekomunikasi dan konsumer, seperti kerajinan dan barang kebutuhan sehari-hari. Terkait dengan pesatnya industri logistik, DHL memperhitungkan kemungkinan mengangkut barang-barang khusus, seperti bahan kimia atau minyak dan gas, di masa mendatang. Meski demikian, persaingan bisnis logistik semakin ketat. Oleh karena itu, faktor paling penting adalah meningkatkan pelayanan untuk konsumen.
Potensi jasa logisitk memang sangat besar, namun mind-set pengguna jasanya masih dalam tahap perkembangan (embrio). Sebagian besar dari mereka (perusahaan nasional) masih menganggap distribusi dari produknya dapat ditangani dalam satu atap. Jadi buat apa memberi rahasia penanganan distribusi kepada pihak luar.
Saat ini, mungkin ada 50 sampai 100 perusahaan yang mempertimbangkan outsourcing kepada perusahaan logistic provider. Belum begitu banyak memang, tapi jumlah ini sudah mampu menggelindingkan roda perputaran bisnis jasa logistik di Tanah Air. Contohnya walaupun masih relatif sedikit jumlahnya dan “muda”, raupan pendapatan jasa logistik TNT, tergolong cukup menggiurkan. Dua tahun lalu “hanya” 5 juta dollar AS, tahun lalu meningkat jadi 7 juta dollar AS dan tahun 2002 ini diproyeksikan pendapatan dari usaha ini akan mencapai 17 juta dollar AS.
Usaha transportasi trucking, warehousing dan yang terkait lainnya seperti sewa-menyewa pallet barang akan terstimulasi pula, ikut tumbuh subur dibuatnya. Di sisi lain, berapa besar sebenarnya pangsa pasar jasa logistik ini, diakui para pelaku sangat sulit diperoleh statistiknya.
Kendala Bisnis Logistik di Indonesia
Kendala besar pada saat sekarang bagi usaha jasa logistik adalah infrastruktur-jaringan jalan yang kurang aman. Sulitnya mendapat gudang sesuai dengan persyaratan pergudangan internasional. Termasuk kendala komunikasi mobile dan masalah inflasi dalam bentuk bahan bakar naik, tarif listrik dan telepon naik, tarif angkutan naik, serta di atas segala ini, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Khusus jaringan jalan raya, perjalanan truk kurang aman jika beroperasi di malam hari. Misalnya dari Jakarta ke Surabaya oleh berbagai gangguan seperti pungli, bahkan pembajakan dan perampokan. Sementara mengirim barang dari Jakarta ke Medan, jalan-jalan di daratan pulau Sumatera dalam keadaan memprihatinkan.
Hal ini berdampak pada harga sebuah barang. Misalnya harga mie instan di sebuah desa seringkali lebih mahal daripada di kota. Hal tersebut terjadi karena biaya transport ke desa lebih mahal, membutuhkan waktu yang lebih lama pula. Oleh sebab itu perlu dibuat suatu sistem logistik yang murah dan efisien sehingga harga mie instan di desa sama dengan di kota.
Success Story Pemain Bisnis Logistik di Indonesia
RPX GroupCikal bakal RPX Group adalah PT Repex Perdana yang lahir pada 1985 sebagai mitra FedEx di Indonesia. Kini RPX Group memiliki 7 anak perusahaan yang bergerak dalam one stop logistics, domestic, freight, air lanes, warehouse, clearance dan international express. “Kami adalah satu-satunya perusahaan logistik lokal yang mencapai tahap supply chain management (SCM) dengan own facilities. Sebab, sistem teknologi informasi (TI) sudah terintegrasi, real time dan lengkap fasilitasnya,” ujar M. Kadrial, Direktur Pengelola RPX mengklaim
Karena perkembangan bisnis logistik berbanding lurus dengan industri perdagangan, bisa ditebak, jumlahnya terus membengkak. Kini diperkirakan ada ribuan pemain logistik. Inilah profil beberapa di antaranya.
Dalam sehari rata-rata muatan barang yang diangkut RPX mencapai 150 ton. Armada yang digunakan: motor, minibus, truk, trailer hingga pesawat terbang. Kini perusahaan yang dikomandani Harsha E. Joesoef itu memiliki tiga pesawat Boeing 737 serta 300 unit truk dan kendaraan kecil. Tahun ini RPX menargetkan memiliki 450 gerai di 80 kota di seluruh Indonesia.
Sitem TI menjadi perhatian utama RPX untuk meningkatkan layanan kepada pelanggan. Itulah sebabnya, hampir semua anak perusahaan punya sistem TI andalan. Di layanan FedEX, misalnya, diterapkan sistem Cosmos, yang bisa diakses pelanggan untuk men-tracking posisi kiriman international express. Di RPX Domestic dikenal sistem Delta (tracking kiriman domestik), Casy (Customer Automation System), dan GPS (tracking posisi kendaraan). Di RPX Warehouse ada WOWS (Wahana Online Warehouse System) dan Ivory. Kemudian di RPX Clearance ada X-Pose (Express Operational System of Sena Satwika), di RPX Freigh ada DIMS (Dimention Information Management System) dan di RPX Online ada sistem CARE (untuk booking kargo).
http://aristonyogapradhana.wordpress.com/2010/07/06/perkembangan-logistik-di-indonesia/
Komentar
Posting Komentar